H-10
Sepuluh
Mungkin bukan angka favorit kebanyakan orang. Tidak juga saya. Saya menyukai angka sembilan dan tujuh. Kenapa? Untuk angka sembilan saya tidak punya alasan. Angka tujuh? Ini karena keluarga inti kami berjumlah tujuh orang. Ini alasan mainstream. Setidaknya untuk saya dan adik-adik perempuan saya.
Sepuluh
Ini adalah angka yang selalu ingin dicapai anak sekolah. Lambang supremasi bahwa mereka mencapai nilai tertinggi. Kertas yang tertulis tinta merah 10 dan tanda contreng dan paraf guru, adalah harta berharga yang bisa dibawa pulang dengan berlari untuk segera ditunjukkan pada ibu di rumah, bahwa hari itu, hari itu, sang anak berhasil. Walaupun saya sendiri jarang menunjukkan pada Mom, angka-angka yang berhasil saya raih. Mom dan Ayah tidak terlalu tertarik dengan angka-angka itu. Bagi mereka, menjadi anak berperangai baik, berani dan bisa mengaji adalah yang utama.
Angka 10, bagi saya (dulu) adalah lambang rasa puas.
Sepuluh
Angka satu berdiri disamping angka nol. Nol yang dianggap tidak berarti jika sendiri. Ditemani si satu, ia menjadi bernilai tinggi. Nol mampu berduplikasi, memberikan arti yang jauh lebih tinggi untuk setiap angka yang berdiri disamping kirinya, kecuali dirinya sendiri.
Ini seperti pasangan. Seperti saya dan dia. Kami belum memutuskan siapa yang akan jadi si satu atau si nol. Hahahaha :D Yang jelas, kami sama-sama bertekad untuk berkembang bersama.
Ini analogi yang saya buat begitu saja. Tidak terlalu pas, mungkin. Namun, ini mewakili H-10 yang akan saya hadapi sebentar lagi.
Saya akan menikah.
(Sepuluh hari menjelang tanggal 5 Maret)
Komentar
Posting Komentar